Siapa tak kenal batik? Kain khas Indonesia ini merupakan warisan budaya yang kini populer dikenakan oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia yang harus dilindungi keberadaannya, batik kini tak hanya sekedar kain tradisional saja, namun sudah berkembang menjadi fashion modern.
Banyak perancang profesional telah melncurkan karya-karya busananya dengan bahan dasar kain batik. Tak hanya pakaian, produk fashion lain seperti tas, topi, atau bahkan sepatu pun tak jarang memanfaatkan kain bermotif unik ini lho! Berbicara soal batik, apakah kamu mengetahui awal sejarah munculnya batik di Nusantara?
Kesenian membatik ini pada dasarnya telah dikenal sejak jaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Dalam beberapa catatan sejarah, kebudayaan membatik ini dilakukan juga di masa kerajaan Mataran, Solo, dan Yogyakarta. Di akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX, kebudayaan batik mengan metodetulis ini berkembang pesat di Nusantara khususnya Pulau Jawa. Setelah populernya batik tulis, diikuti dengan perkembangan teknologi yang kian maju, di tahun 1920 setelah perang dunia pertama barulah ditemukan teknik batik cap.
Di masa-masa penjajahan Indonesia oleh Bangsa Belanda, kain batik ini juga digunakan oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim sebagai alat ekonomi untuk menghidupi masyarakat.
Mengapa disebut batik? Karena kesenian satu ini diawali dengan menggambar titik-titik di atas kain putih dengan menggunakan lilin malam yang membentuk sebuah pola. Jika telah membentuk sebuah pola gambaran, kain dicelupkan ke cairan pewarna. Setelah itu, lilin malam yang menempel pada kain akan dibersihkan. Bagian yang tertutup lilin malam dan tidak terkena cairan pewarna inilah yang akan membentuk sebuah gambar pola unik di kain.
Semakin berkembangnya jaman, teknologi dan kreativitas manusia juga semakin maju. Yang awalnya batik hanya membentuk pola-pola random yang unik, kemudian berkembang dengan pola-pola tertentu yang kini justru dikenal dan memiliki nama khusus. Tak hanya itu, pola ini justru menjadi ciri khas suatu daerah juga lho! Nah, berikut beberapa pola batik yang populer di Indonesia dan sering kamu temui di banyak tempat.
Batik Megamendung
Motif megamendung ini merupakan motif khas dari daerah Cirebon. Ciri khasnya adalah gambar yang membentuk pola awan besar dengan warna yang mencolok. Megamendung ini juga memiliki makna di dalamnya sesuai dengan warna yang digunakan. Jika warnanya biru dan merah tua, berarti menggambarkan psikologis masyarakat pesisit yang lugas, terbuka, dan egaliter. Semakin berkembang, motif ini juga dikombinasikan dengan beberapa gambar lain seperti hewan, bunga, atau lainnya.
Batik Keraton
Motif satu ini asalnya dari Keraton Yogyakarta. Melambangkan kearifan, kebijaksanaan, dan kharisma raja-raja jawa, batik keraton ini memiliki motif yang kompleks. Motif batik ini memiliki motif bunga yang simetris atau sayap burung yang dikenal sebagai motif sawat lar. Dulunya, motif jenis ini hanya dikenakan oleh warga keraton saja. Namun kini, sudah populer dikenakan oleh masyarakat umum bahkan di luar negeri.
Batik Parang
Parang berasal dari kata “pereng” yang berarti miring. Bentuk motif dari batik parang ini sangat unik, yakni membentuk huruf “S” dengan pola miring berombak dan memanjang. Tersebar di seluruh pulau Jawa, batik ini biasanya memiliki warna dasar kalem seperti coklat gelap dengan kombinasi putih. Semakin beragam, di setiap daerah pulau Jawa memiliki motif parangnya masing-masing, diantaranya ada Parang Rusak dan Parang Barong di Jogja, Parang Slobog di Jawa Tengah, serta Parang Klisik di Jawa Barat.
Batik Tujuh Rupa
Batik motif ini berasal dari Pekalongan. Tak sembarangan disebut sebagai Kota Batik, Pekalongan memang memiliki segudang motif batik unik, salah satunya adalah batik tujuh rupa. Motif ini didominasi dengan gambar tumbuh-tumbuhan dan hewan. Uniknya, motif ini juga lahir karena adanya percampuran kebudayaan Pekalongan dengan etnis Tionghoa yang sempat singgah dahulu. Percampuran budaya ini juga menghasilkan motif khas Pekalongan lainnya seperti motif Jlamprang, Buketan, Terang Bulan, Semen, Pisan Bali, dan Lung-lungan.