Saturday, November 23, 2024
26.9 C
Jakarta
More

    Heboh Virus Corona, Berpengaruh ke Sektor E-Commerce atau Tidak?

    Wabah virus corona yang menyebar di beberapa negara di dunia tentu berdampak negative ke sector ekonomi dunia. Beberapa industri bahkan ikut melemah karena penyebaran virus Covid-19 semakin luas, seperti industri smartphone hingga manufaktur.

    Meski demikian, ada beberapa sector yang mungkin tidak terkena dampak bersar virus corona ini salah satunya adalah sector e-commerce atau belanja online. Sektor e-commerce dan belanja online ini memiliki pasar tersendiri di tengah ramainya virus corona di dunia.

    Jika menilik beberapa tahun lalu saat wabah virus SARS (Severe acute respiratory syndrome) melanda dunia di tahun 2002-2003, orang-orang justru berbondong-bondong melakukan belanja online. Hal ini menyebabkan salah satu pemain e-commerce yang kini menjadi pemain terbesar di China meluncurkan toko onlinenya ditengah-tengah wabah SARS dan mengalami lonjakan penjualan.

    Hal serupa juga terjadi baru-baru ini saat virus corona alias Covid-19 ini mulai merebak di China sejak Desember 2019 lalu. Di China sendiri wabah virus corona menggenjot pertumbuhan sector logistic, e-commerce, hingga industri makanan instan.

    Berdasarkan hasil riset yang dikutip dari CNN Indonesia, dalam sebulan terakhir, penjualan beras naik 20 kali lipat dari tahun lalu, begitu pula dengan minyak goreng yang naik lima kali lipat. Setidaknya, perusahaan di China telah mengirimkan sebanyak 71,5 ribu ton beras, 50 ribu ton daging, telur, sayuran, dan produk segar lainnya serta 27 juta liter minyak goreng. Masing-masing kurir setidaknya bisa mengirim 150 sampai 190 paket dalam sehari.

    Kondisi ini membuat perusahaan logistic melakukan penambahan kurir yang tadinya sekitar 20 ribu orang menjadi 100 ribu orang. Hal ini tidak lain dikarenakan masyarakat China lebih memilih untuk memasak makanan sendiri di rumah dengan membeli bahan-bahannya melalui toko online karena kondisi yang kurang kondusif di luar. Pilihan belanja online ini menjadi salah satu solusi mengurangi resiko kontaminasi makanan dengan kontak fisik langsung di tempat terbuka.

    Namun, hal ini sedikit berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Dikutip dari Kompas.com, meski di Indonesia kasus corona baru saja dikonfirmasi 2 kasus yang terjadi pada 2 Maret 2020 lalu, hal ini belum berdampak signifikan dengan penjualan e-commerce di Indonesia.

    CEO salah satu e-commerce Indonesia, Rachmat Kaimuddin menyatakan bahwa transaksi di toko nlinenya masih tergolong normal-normal saja, belum ada lonjakan signifikan yang dirasakan. Rachmat juga mengatakan meski tokonya juga menjual barang-barang impor, namun karena jual belinya dilakukan di dalam negeri, dampak virus corona belum terlalu mempengaruhi hal tersebut.