Bicara soal vaksin, tahukah kamu bagaimana asal mula vaksin ditemukan?Vaksin merupakan salah satu pencegahan penyakit yang efisien dan efektif, terutama untuk penyakit-penyakit menular. Saat ini vaksin sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, terutama soal vaksin Corona. Pastikan kamu sudah mengetahui fakta-fakta mengenai vaksin Corona, ya, serta menepis berita-berita palsu atau mitos mengenai vaksin tersebut! Berikut rangkuman singkat asal mula vaksin yang kini sudah sangat umum digunakan untuk penyakit-penyakit menular!
Era sebelum vaksin
Vaksin baru dikenal pada tahun 1796, yaitu ketika vaksin cacar pertama berhasil ditemukan. Sebelumnya, untuk mencegah terjadinya infeksi oleh sebuah penyakit, telah dilakukan sejak zaman Yunani kuno pada 429 SM. Saat itu, ahli sejarah Yunani menemukan, bahwa orang-orang yang berhasil sembuh dari cacar tidak akan terinfeksi cacar untuk yang kedua kalinya.
Kemudian, pada tahun 900, orang-orang Cina menemukan bentuk kuno dari vaksinasi, yaitu variolasi. Variolasi adalah proses pemindahan virus cacar dari lesi penderita cacar ke orang-orang yang sehat dengan tujuan mencegah infeksi cacar. Lalu, variolasi mulai diterapkan di tanah Eropa pada abad ke-18 ketika terjadi wabah cacar. Pada saat itu, dengan variolasi tingkat kematian akibat cacar dapat dikurangi.
Cacar sapi dan variola
Vaksin pertama yang dibuat adalah vaksin untuk variola atau cacar yang dibuat untuk mencegah penyakit variola yang sangat mematikan. Vaksin tersebut dibuat pada tahun 1796 oleh seorang dokter bernama Edward Jenner di Berkeley, suatu daerah pedesaan di Inggris.
Vaksin ini dibuat dengan mengambil nanah lesi cacar dari tangan seorang pemerah susu, dr. Jenner menularkan seorang anak berusia 8 tahun bernama James Phipps dengan virus cacar sapi. Enam minggu kemudian, dr. Jenner melakukan variolasi, yaitu proses memindahkan pus dari lesi aktif ke seseorang penderita variola ke lengan orang lain yang sehat dengan menggunakan sebuah jarum terhadap dua titik di lengan Phipps dengan virus variola. Hasilnya, anak laki-laki tersebut tidak terinfeksi variola dan tetap sehat, meskipun prosedur variolasi diulang untuk kedua kalinya.
Pada awalnya, dr. Jenner memperhatikan penduduk lokal yang mata pencahariannya adalah sebagai peternak. Bagi mereka yang memerah susu sapi, sering kali terinfeksi oleh cacar sapi (cow pox) yang menimbulkan lesu pustul pada tangan dan lengan. Setelah diperhatikan, mereka yang pernah terinfeksi cacar sapi menjadi kebal terhadap infeksi variola yang menjadi wabah di desa tersebut. Pengalaman ini membuat dr. Jenner memulai penelitian klinis pertama di dunia. Penelitian itu menghasilkan alternatif terhadap variolasi yang sudah dilakukan di Asia pada tahun 1600-an dan di Eropa, serta Amerika di awal tahun 1700-an.
Mengapa dinamakan vaksin?
Istilah vaksin mengacu pada vaksin variola yang digunakan oleh dr. Jenner berasal dari cacar sapi karena sapi dalam bahasa latin adalah vacca. Hingga pada tahun 1885, Louis Pasteur, seorang ahli kimia, menemukan vaksin untuk rabies. Sejak saat itu, istilah vaksin menjadi lebih umum dengan penjelasannya adalah suspensi berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dinonaktifkan, berfungsi untuk menimbulkan kekebalan dan mencegah terinfeksi suatu penyakit.
Vaksin terus berkembang dan menjadi salah satu pilar utama untuk mencegah penyakit menular. Kesuksesan vaksin yang paling besar adalah ketika WHO berhasil menghapuskan cacar dengan memperluas cakupan vaksinasi cacar hingga ke seluruh dunia pada tahun 1956.
Pada tahun 1980, penyakit cacar dinyatakan tereradikasi dan ini adalah salah satu pencapaian terbesar di dunia kedokteran. Beberapa penyakit lain juga sudah ditemukan vaksinnya, seperti campak, polio, pertusis, difteri, dan tetanus.
Itu dia asal mula vaksin yang membuat seluruh dunia akhirnya menggunakan vaksin. Tujuan dari vaksin adalah untuk menyelamatkan manusia dari penyakit menular yang mematikan. Jangan sampai karena kamu menerima informasi yang salah dan tidak jelas membuatmu takut untuk melakukan vaksinasi.