Hipospadia adalah suatu kelainan yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) pada bayi laki-laki menjadi tidak normal. Ini merupakan kondisi kelainan bawaan sejak lahir.
Jika pada kondisi normal, uretra terletak tepat di ujung penis. Namun, pada bayi dengan hipospadia, uretra terletak di bagian bawah penis. Kondisi ini harus segera ditangani, jika tidak, maka penderita bisa kesulitan buang air kecil atau berhubungan seksual saat dewasa.
Kondisi seperti ini dialami oleh Mantan atlet voli timnas putri Indonesia, Aprilia Manganang. Beritanya cukup membuat heboh netizen Indonesia. Berbagai spekulasi pun bermunculan, namun Jenderal TNI Andika Perkasa menjelaskan, bahwa kelainan hipospadia yang diderita Aprilia Manganang ketika lahir masuk dalam kategori serius. Keterbatasan peralatan medis di kala itu, menetapkan Aprilia berjenis kelamin perempuan.
Akhirnya, Aprilia Manganang tercatat sebagai perempuan di akta kelahiran dan kartu tanda penduduk (KTP). Kini, ia adalah seorang prajurit TNI aktif dengan pangkat sersan dua (serda) dan sedang menjalani pemeriksaan medis pertama. Melansir kompas.com, pemeriksaan dilakukan karena Andika Perkasa dan pejabat TNI lainnya melihat ada kejanggalan terkait kondisi fisik Aprilia. Pemeriksaan dilanjutkan di RSPAD Gatot Subroto dengan hasil Aprilia Manganang berjenis kelamin laki-laki. Hasil pemeriksaan medis juga menunjukkan Aprilia lebih memiliki organ tubuh laki-laki. Dari hasil pemeriksaan tersebut, Andika Perkasa menawarkan Aprilia untuk dioperasi (correction surgery).
Gejala hipospadia
Melansir alodokter.com, dengan kondisi yang tidak normal, seseorang dengan hipospadia akan mengalami gejala, seperti:
- Percikan urine tidak normal saat buang air kecil
- Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis
- Bentuk penis melengkung ke bawah
Jika kamu melihat sejumlah gejala di atas pada anak, terutama dengan posisi lubang uretra tidak normal, maka segeralah kunjungi dokter! Semakin dini penanganan, akan semakin baik pula penyembuhannya.
Penyebab hipospadia
Hipospadia terjadi karena perkembangan saluran lubang kencing atau uretra dan kulup penis pada saat di dalam kandungan. Kondisi ini belum diketahui secara pasti. Sejumlah faktor diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengidap hipospadia, antara lain:
- Mengandung pada saat usia 35 tahun ke atas
- Menderita obesitas dan diabetes pada saat hamil
- Menjalani terapi hormon untuk merangsang kehamilan
- Terpapar asap rokok atau pestisida pada saat hamil.
Faktor keturunan atau riwayat keluarga yang pernah mengalami hipospadia juga dapat memungkinkan. Selain itu, bayi yang terlahir prematur juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami hipospadia.
Nantikan artikel selanjutnya mengenai penanganan hipospadia!