Industri manufaktur mendapat umiwangperhatan khusus Kementerian Perindustrian di bawah Menteri Agus Gumiwang. Sektor penghasil produk pengolahan nonmigas ini, menurut Agus layak mendapat bantuan untuk memperluas akses pasar ekspor industri manufaktur yang selama ini telah menajdi andalan dalam pencapaian nilai ekspor nasional.
Menperin Agus Gumiwang juga mengatakan bahwa produk-produk manufaktur selama ini telah konsisten memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai-nilai pengapalan Indonesia. Artinya, Indonesia sendiri telah memenuhi standar sehingga mampu bersaing secara kompetitif di kancah Internasional.
Menurut data, sepanjang Januari-September 2019, nilai pengapalan produk sector manufaktur telah menembus hingga USD 93,7 miliar atau setara dengan menyumbang prosentase 75,51% terhadap total ekspor nasional yang kini telah mencapai USD 124,1 miliar. Hal tersebut berarti peran hilirisasi industri dalam meningkatkan nilai tambah juga berjalan.
Selain itu, sejumlah sector manufaktur di Tanah Air juga sedang digenjot produktivitasnya agar dapat memenuhi pasar ekspor. Hal ini tentunya seiring dengan adanya peningkatan investasi di dalam negeri yang didorong pula oleh sector yang memiliki kapasitas berlebih di pasar domestic. Sejumlah sector tersebut di antaranya adalah industri otomotif, makanan dan minuman, serta aneka industri yang mempunyai peluang untuk ditingkatkan kegiatan ekspornya.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian menggandeng Kementerian Perdagangan untuk senantiasa berusaha untuk membuka dan memperdalam pasar ekspor. Salah satu potensi untuk memperluas jaringan pasar ekspor produk manufaktur nasional yakni dengan adanya momentum Indonesia menjadi negara mitra resmi pada Hannover Messe 2020 yang merupakan ajang pameran teknologi manufaktur terbesar di dunia.
Pameran Hannover Messe 2020 ini tak hanya bisa memacu ekspor, tapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagau salah satu tujuan utama investasi dan mendorong kerja sama di sector industri. Tak hanya itu, Menperin juga akan fokus untuk memperdalam struktur manufaktur di dalam negeri sekaligus memperkuat rantai nilai bahan baku dan bahan penolong. Misalnya saja seperti yanga da di industri petrokimia, dengan upaya revitalisasi TubanPetro dan perluasan usaha PT Chandra Asri Petrochemical.
Sedangkan di industri logam, Menperin sedang mengusahakan untuk merevitalisasi PT Krakatau Steel dan mengoptimalkan pengoperasian di Kawasan Industri Morowali. Sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 sendiri, pemerintah telah memprioritaskan pada pengembangan lima sector manufaktur yang dinilai akan mampu memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomu nasional.
Kelima sector tersebut di antaranya adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika. Namun tak berhenti di situ saja, Menperin juga mengatakan akan memebri perhatian lebih kepada pengembangan industri kecil menengah (IKM) yang juga menunjukkan geliat yang baik untuk berperan meningkatkan pertumbuhan sector industri manufaktur.
Untuk rencanan jangka menengah dan panjang, Kemenperin akan terus memacu pembangunan kawasan industri di berbagai daerah di Indonesia yang terkait dengan upaya menjaga ketersediaan bahan baku dan sector strategis.
Kemenperin juga akan menargetkan 18 kawasan industri di luar Jawa bisa beroperasi hingga akhir tahun 2019. Sejumlah kawasan industri tersebut berpotensi akan menarik investasi sebesar Rp 250 triliun dan menyerap tenaga kerja langsung hingga sebanyak 900 ribu orang.
Kedelapan belas kawasan industri tersebut diantaranya adalah Lhouksumawe, Ladong, Medan, Tanjung Buton, Landak, Maloy, Tanah Kuning, dan Bitung, Selanjutnya di Kuala Tanjung, Kemingking, Tanjung Api-api, Gandus, Tanjung Jabung, Tanggamus, Batulicin, Jorong, Buli, dan Teluk Bintuni.