Friday, November 22, 2024
27.1 C
Jakarta
More

    Kiat Karyawan SiCepat Ekspres Tetap Aman Naik Transportasi Umum Saat New Normal

    Di era new normal seperti sekarang ini, banyak hal yang menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat Indonesia dalam rangka melindungi diri dari potensi penularan virus covid-19. Terutama, kebiasaan baru untuk selalu memperhatikan dan menjaga kebersihan diri ketika di rumah maupun di tempat umum, seperti transportasi publik. Masyarakat yang semula acuh tak acuh, kini perlahan mulai menerapkan sejumlah protokol kesehatan demi menjaga kesehatan diri pribadi.

    Berbagai langkah preventif dan protokol kesehatan tersebut juga dilakukan oleh karyawan SiCepat Ekspres yang mengandalkan transportasi publik sebagai transportasi utamanya menuju tempat kerja. Baik commuter line, transjakarta, hingga ojek online pun menerapkan berbagai prosedur yang diwajibkan dalam rangka mencegah penularan virus.

    Majalah SiGesit akan sedikit mengulik bagaimana para karyawan SiCepat pengguna transportasi publik menyikapi berbagai perubahaan yang ada selama masa pandemi. Apakah perubahan tersebut memerangurihi keseharian mereka saat menggunakan transportasi publik tersebut?
    Seperti yang kita ketahui, pihak commuter line yakni PT Kereta Commuter Indonesia telah melakukan berbagai protokol kesehatan yang wajib dilakukan kepada para penumpang sebelum memasuki peron stasiun.

    Beberapa protokol kesehatan ini berupa pengecekan suhu badan menggunakan thermo gun, kewajiban memakai masker, hingga penugasan jajaran anggota polisi dan TNI untuk menertibkan para penumpang di stasiun. Selain itu, antrian masuk penumpang ke peron juga dibatasi dan dikontrol agar tak terjadi penumpukan yang menimbulkan kerumunan. Hal ini tentu dilakukan sebagai langkah preventif untuk bisa mencegah penularan virus di transportasi umum.

    Dede Arista (Staff Process Improvement) yang merupakan salah satu karyawan SiCepat pengguna jasa transportasi commuter line mengakui bahwa hal ini sangat baik dilakukan di saat pandemi. Dede menyebutkan, kepadatan yang terjadi di dalam stasiun dan di dalam gerbong kereta jauh berkurang dibandingkan biasanya. Hal ini membuatnya merasa sedikit aman karena tidak harus berdesakan.

    “Perubahan ini sedikit membuat saya merasa aman. Commuter line khususnya arah bekasi yang saya naiki terasa lebih terkontrol dari biasanya. Hal ini juga membuat saya tidak perlu berdesakan dengan penumpang lain di dalam gerbong karena jumlahnya sudah dibatasi. Tempat duduk yang diberi jarak, pengaturan antrian yang rapi membuat protokol kesehatan bisa dijalankan dengan baik”, ujar Dede.

    Meski begitu, Dede mengaku tetap berhati-hati dan waspada. Pasalnya, di era New Normal saat ini, perlahan banyak masyarakat yang juga telah mulai aktif bekerja sehingga membuat commuter line semakin ramai. Hal tersebut membuat Dede harus memperhatikan lagi keamanan dirinya dengan selalu membawa hand sanitizer, dan juga alat pelindung diri lainnya seperti face shield dan sarung tangan.

    Sama halnya dengan commuter line, beberapa perubahan juga dirasakan oleh para karyawan SiCepat pengguna transportasi transjakarta. Menurut Laras, salah satu staff Creative Design SiCepat yang merupakan pengguna jasa transportasi Transjakarta dna Transjabodetabek mengatakan bahwa keramaian di halte busway masih terlihat hingga saat ini karena sebagian besar karyawan sudah mulai masuk ke tempat kerja masing-masing.
    Protokol kesehatan yang diterapkan di halte dan koridor Transjakarta pun hampir sama dengan yang ada di commuter line. Pengecekan suhu, antrian berjarak, pembatasan jumlah penumpang, hingga tempat duduk berjarak juga terlihat di dalam bus Transjakarta.

    Laras menyampaikan, ada beberapa perubahan jam operasional transjakarta karena adanya pembatasan yang membuat dirinya harus melakukan penyesuaian. Menurutnya, hal ini cukup berdampak dengan durasi perjalanan yang membuat dirinya harus lebih mempertimbangkan waktu.

    “Nah berhubung ada beberapa jalur yang tidak beroperasi, mau tidak mau saya harus memikirkan jalur alternatif yang lain agar tetap bisa ke kantor tepat waktu. Hal ini membuat saya harus pintar-pintar mencari rute alternatif dan juga mempertimbangkan waktu dengan lebih detail agar estimasi perjalanan bisa sesuai perhitungan. Tidak beroperasinya beberapa armada Transjakarta ini juga sedikit menghambat durasi perjalanan saya menjadi lebih lama. Dan juga, di beberapa halte terlihat penumpukan antrian karena adanya pembatasan jumlah penumpang,” jelas Laras.

    Menyadari pentingnya menjaga diri dengan mengenakan alat pelindungi diri berupa masker, Laras juga menyebutkan bahwa dirinya lebih waspada ketika di dalam bus untuk tidak menyentuh banyak benda dan selalu membawa hand sanitizer. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi penularan virus saat berada di transportasi publik.