Friday, November 22, 2024
27.1 C
Jakarta
More

    Makna Dibalik Hari Raya Nyepi

    Hari Raya Nyepi merupakan hari yang spesial dan penting bagi masyarakat pemeluk agama Hindu di Indonesia. Nyepi sendiri merupakan hari untuk merayakan tahun baru Saka. Namun berbeda dengan perayaan tahun baru lainnya, Hari Raya Nyepi dirayakan dengan suasana yang sangat sakral dan jauh dari keramaian pesta khas tahun baru.

    Nyepi sendiri berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, senyap, tanpa kegiatan. Hari besar ini dirayakan setiap hari pertama alias tahun baru Saka yakni tanggal 1 Waisakha. Saat Hari Raya Nyepi tiba, umat Hindu akan melakukan tradisi amati geni yakni tidak boleh menyalakan cahaya, amati karya yakni tidak boleh melakukan kegiatan jasmani, amati lelungan yakni tidak bepergian, dan amati lelanguan yakni tidak melakukan kesenangan.

    Keempat tradisi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi Brata. Masyarakat hanya dianjurkan untuk melakukan ibadah dan sembahyang ketika Hari Raya Nyepi datang.

    Tradisi-tradisi Hari Raya Nyepi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Indonesia ini memiliki makna yang mendalam dimana tradisi menyendiri dan merenung dalam suasana sunyi tersebut bertujuan untuk memohon kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menyucikan Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam semesta). Perintah untuk tidak melakukan kegiatan duniawi juga memiliki makna untuk menjauhkan manusia dari sifat serakah duniawi dan membiarkan alam semesta menjadi suci kembali dari segala kegiatan manusia yang bisa merugikan alam.

    Uniknya, tradisi menyepi ini hanya dilakukan di Indonesia saja lho! Bahkan, negara dengan pemeluk Hindu terbanyak seperti India dan Nepal tidak merayakan tahnu baru Saka seperti yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Indonesia.

    Satu hari sebelum Hari Raya Nyepi, biasanya masyarakat Hindu akan melakukan upacara Bhuta Yajna, yakni upacara pengusiran roh-roh jahat dengan menggunakan patung yang menyerupai buta kala (raksasa jahat) atau biasa disebut dengan istilah ogoh-ogoh.

    Upacara Bhuta Yajna ini biasanya dilakukan di depan pekarangan rumah, perempatan jalan, alun-alun ataupun lapangan dengan mengarak ogoh-ogoh diiringi dengan masyarakat yang membawa obor dan tetabuhan keliling kampung. Upacara ini akan berlangsung sejak jam 6 sore hingga jam 12 malam.

    Buta Yajna atau sering juga disebut dengan upacara Tawur Kesanga memiliki makna agar manusia melepaskan segala sifat-sifat negative yang dipengaruhi oleh roh-roh jahat dan juga membuang keserakahan.

    Sedangkan untuk satu hari setelah merayakan Nyepi, masyarakat Hindu akan menggelar sebuah upacara lagi yakni yang sering disebut dengan Hari Ngembak Geni. Upacara ini diwarnai dengan tradisi melaksanakan Dharma Shanty yakni saling berkunjung dan maaf memaafkan kepada tetangga serta kerabat layaknya yang dilakukan umat islam saat perayaan lebaran Idul Fitri.

    Tradisi Dharma Shanty ini tentunya memiliki makna agar umat Hindu bisa saling memaafkan dan memulai hari baru di tahun baru Saka tanpa adanya dendam dalam diri setiap umat. Seluruh tradisi menyambut Hari Raya Nyepi ini masih rutin digelar di beberapa daerah di Indonesia, seperti contohnya Bali.

    Jika dilihat dari penjelasan di atas, Hari Raya Nyepi merupakan hari yang penuh makna di mana kita sebagai manusia diajarkan untuk selalu bermawas diri, menahan nafsu dan keserakahan, merenungi segala perbuatan dan hidup berdampingan dengan alam semesta agar kehidupan bisa berjalan dengan seimbang.