Gunung Semeru kembali mengeluarkan erupsi awan panas dan mengakibatkan ribuan warga kini mengungsi di sejumlah titik. Erupsi terjadi saat Minggu (4/12) sekitar pukul 02.46 WIB dengan tinggi kolom abu 1.500 meter di atas puncak gunung sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi ESDM menaikkan status Gunung Semeru dari siaga menjadi awas. Kenaikan dari level 3 siaga ke level 4 itu terhitung mulai siang ini Senin (5/12). Kenaikan status dimulai pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur telah menetapkan masa tanggap darurat bencana akibat Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru selama 14 hari. Ia memaparkan jika masyarakat di zona merah diminta untuk mengosongkan tempat dan mengevakuasi diri di posko pengungsian yang telah disediakan.
Menurut Kepala Pusat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan seperti dikutip Kompas TV, pihaknya mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung berapi Semeru pada radius 8 kilometer.
Baca juga: Donasi Indonesia Pasti Bisa untuk Korban Gempa Bumi Cianjur
Maka dari itu, PVMBG menghimbau agar masyarakat menggunakan masker agar mencegah masuknya debu vulkanik ke saluran pernafasan. Gunung berapi Semeru secara administratif terletak dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Secara geografis berada pada posisi 8° 6,5’ LS dan 112° 55’ BT dengan tinggi puncaknya 3676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung berapi Semeru dipantau secara visual dan instrumental dari 2 pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Desa Sumber Wuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, serta di Desa Agrosuko, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.
Menurut PVMBG, karakter erupsi Gunung Berapi Semeru saat ini adalah berupa erupsi eksplosif atau letusan magma yang keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan dan terbentuk endapan piroklastik. Selain itu erupsi juga berselang seling dengan erupsi efusif yakni terjadi lava keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan.
Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, awan panas guguran dari puncak Gunung Semeru memiliki kolom abu berwarna kelabu. Intensitas terpantau sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi lebih kurang 1.500 meter di atas puncak.
Lalu, sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko. PVMBG mengimbau warga tidak beraktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.