Friday, November 22, 2024
31 C
Jakarta
More

    Orang Indonesia Habiskan 15 Persen Gaji untuk Belanja Online

    SIRCLO, sebuah perusahaan teknologi e-commerce asal lokal meluncurkan hasil risetnya mengenai pertumbuhan e-commerce Tanah Air, Dalam data riset tersebut, dinyatakan bahwa rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3 hingga 5 kali dalam satu bulan.

    Dilansir dari CNN Indonesia, Brian Marshal selaku Chief Executive Officer SIRCLO menyatakan bahwa Konsumen Idnonesia bisa menghabiskan hingga 15 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk belanja lewat e-commerc (Senin, 2/12/2019).

    Tak hanya itu, SIRCLO juga mengungkapkan bahwa konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada konsumen yang berada di kota lainnya. Menurut Brian, Laporan ini bertujuan untuk memberikan “amunisi” informasi kepada semua stakeholder dalam berkolaborasi mendorong pertumbuhan dan inovasi e-commerce Indonesia, khususnya pemain lokal.

    “Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka,” jelas Brian.

    Dari data yang dikeluarkan oleh SIRCLO juga terlihat bahwa pembayaran paling populer dalam berbelanja online di Indonesia adalah melalui bank transfer sebesar 48 persen, kartu debit/kredit sebesar 21 persen. Melalui riset yang sama, terungkap bahwa 20 persen menggunakan metode e-wallet sebagai alternative pembayaran yang dilakukan oleh online shopeers.

    Data tersebut, menurut Brian menunjukkan pesatnya adopsi metode e-wallet di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017.

    Menurut data yang terkumpul juga, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar atau setara dengan Rp 210 triliun pada 2018 dan akan mengalami peningkatan lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022 mendatang hingga mneyentuh angka US$65 miliar atau setara dengan Rp 910 triliun.

    Peningkatan penjualan tersebut membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang sekitar 8 persen dari total penjualan pada tahun 2018 diprediksi akan menembus 24 peren di tahun 2022 mendatang. Industri e-commerce Indonesia juga berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital di tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sector digital hingga 60% di tahun 2025.

    Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar atau Rp 294 triliun, mengalahkan sector ekonomi digital lain seperti pariwisata online (US$10 miliar atau Rp 140 triliun) dan insutri ride-hailing atau jasa transportasi online (US$6 miliar atau Rp84 triliun).

    Nilai ini pun diprediksi akan meningkat terus hingga US$82 miliar atau Rp 1.148 triliun pada 2025 mendatang. Namun, laporan dari SIRCLO juga menggarisbawahi bahwa beberapa tantangan dalam sector e-commerce di tanah air.

    Tantangan tersebut diantaranya adalah industri e-commerce yang akan semakin kompetitif dan rawan “membakar uang” demi menggaet konsumen. Kemudian, masih banyaknya populasi masyarakat yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet. Layanan logistic yang semakin mahal dan kurang kompeten juga akan menjadi tantangan yang harus dihadapi e depannya.

    Kemudian, permasalahan kurangnya SDM yang relevan terutama di bidang sains, teknik, dan matematika, yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi juga diyakini akan menjadi problem yang harus dihadapi oleh para e-commerce sejalan dengan semakin meningkatnya perkembangan yang dialami.