Dalam setiap hubungan pasti ada momen di mana salah satu pihak bersikap egois. Sikap egois muncul dari hal kecil, seperti selalu ingin didengar namun tidak mau mendengarkan.
Sikap egois yang terus dibiarkan akan memicu hal besar lainnya yang lebih buruk. Pasangan yang egois berpotensi menjadi seseorang yang memaksa bahkan menjadi kasar apabila ia tidak mau berubah.
Sebagian besar dari kita tidak sadar kalau sudah menunjukkan sikap egois. Lalu, seperti apa tanda-tanda pasangan yang egois dan suka memaksa? Berikut rangkuman dari sejumlah terapis hubungan dan psikolog berbagi dengan The Huffington Post.
Selalu meminta didengarkan, tetapi enggan mendengarkan
Ini adalah tanda paling umum dari pasangan yang egois. Berawal dari keinginan kita yang sederhana, yaitu berharap didengarkan, namun ia tidak mau mendengarkan. Sikap seperti ini perlu segera dibicarakan karena akan berpengaruh pada kondisi hubungan pasangan ke depannya.
Menurut terapis pernikahan dan keluarga, Amy Begel, perasaan dipahami dan diterima adalah inti dari sebuah kedekatan pasangan. Alasan terbaik seseorang berada dalam hubungan adalah karena ingin memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat untuk menceritakan masalah. Maka dari itu, kita membutuhkan pasangan yang mau mendengarkan, begitu pula sebaiknya, kita juga harus mendengarkan pasangan.
Memilih pergi/ngambek daripada mendiskusikan masalah secara dewasa
Perasaan sakit hati atau amarah yang sedang dirasakan kepada pasangan sebaiknya dikomunikasikan hingga selesai. Pasangan yang egois akan meninggalkan percakapan ketika ia merasa tidak setuju atau tidak bisa mengesampingkan amarahnya dibandingkan mempertahankan hubungan.
Menurut Marni Feuerman, ahli terapi pernikahan dan keluarga, percakapan yang berat sering muncul dalam hubungan yang romantis. Percakapan berat tidak semata-mata membebani kamu dan pasangan, melainkan sebagai fondasi hubungan yang kuat.
Merasa paling benar dan memaksakan kehendak
Ini adalah tingkat keegoisan akut yang patut kamu waspadai. Jika pasangan selalu menekankan pembicaraan hanya pada sudut pandangnya sendiri, makai a telah menggiring hubungan menuju kegagalan.
Menurut Gary Brown, terapis pernikahan dan keluarga, pasangan yang ngotot bahwa pendapatnya yang paling benar mengindikasikan kalau ia hanya menganggap hubungan tersebut untuk memenuhi kebutuhan.
Baca juga: Cara Meditasi Menenangkan Pikiran Untuk Pemula
Tidak memahami kebutuhan pasangan
Perlu diingat, kita tidak hanya hidup untuk pasangan saja. Hubungan yang dibangun harus menghasilkan keseimbangan agar keduanya Bahagia. Kita seharusnya menyadari apa yang bisa menyenangkan pasangan kita dan setidaknya meluangkan waktu untuk mencoba mengakomodasi keinginan mereka.
Mengancam putus jika tidak dituruti
Dalam hubungan yang sehat akan muncul kasih dan rasa sayang, bukan ancaman. Seseorang yang benar-benar mencintai pasangannya akan bersikap cukup dewasa dan memiliki kesadaran diri yang cukup untuk mengetahui bahwa mengancam untuk meninggalkan seseorang yang kita cintai hanya karena kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan itu sangat menyakitkan.
Baca juga: Tanda-tanda Toxic Relationship & Cara Mengatasinya