Belakangan, pemerintah sedang gencar untuk menjalankan program Digitalisasi Pelabuhan yang tidak lain bertujuan untuk membuat biaya logistik semaki efisien. Namun ternyata, Digitalisasi aktivitas pelabuhan ini dinilai belum cukup untuk memberikan efisiensi dalam aktivitas logistik dan menurunkan biaya logistik.
Untuk bisa mencapai efisiensi tersebut, dibutuhkan juga model bisnis aktivitas pelabuhan yang bertransformasi. Dilansir dari Bisnis.com, Co-Founder BoksMan Asia Meyyer Christopher Lumembang mengatakan bahwa transformasi digital pelabuhan harus dipadukan dengan transportasi model bisnis sehingga bisa menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan pertumbuhan yang eksponensial.
Baca juga Digitalisasi Pelabuhan, Solusi Ketimpangan Aktivitas Logistik
“Digitalisasi pada sektor logistik terutama pada angkutan kontainer pelabuhan yang makin gencar, misalnya, tidak cukup untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakefisienan prosesnya,” ujar Meyyer Christopher Lumembang dalam siaran pers, Kamis (22/10/2020).
Kemudian, ditemukan juga ketidakefisienan ini di beberapa hal seperti tata letak kawasan industri, pelabuhan, dan depo kontainer di wilayah Jakarta yang mengakibatkan pergerakan truk trailer tidak efektif. Proses impor dan ekspor serta inbound dan outbond domestik di pelabuhan Jakarta yag terfragmentasi telah menciptakan 24.000 perjalanan truk trailer tanpa muatan di wilayah itu.
Baca juga Kenaikan Tarif Kargo Akan Pengaruhi Bisnis Logistik
Untuk mengatasi hal tersebut, Meyyer menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan sistem untuk memobilisasi dan mengorkestrasi forwaders, trucking companies, shipping lines, dan goverments untuk berkolaborasi menciptakan sebuah ekosistem yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Sedangkan menurut Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan bawa perlu adanya perbaikan proses bisnis aktivitas pelabuhan serta peningkatan teknologi/fasilitas dan kompetensi SDM. Implementasi supply chain management (SCM) tidak bisa ditawar untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan integrasi proses bisnis oleh semua entitas dalam supply chain.
Setijadi mengatakan, “Untuk mewujudkan sistem logistik yang lebih efisien dengan transformasi digital, perlu kolaborasi dan sinergi melalui implementasi SCM antar pihak, yaitu pemerintah, penyedia jasa logistik, pemilik barang, operator dan penyedia jasa kepelabuhanan, perusahaan pengangkutan, dan juga pihak-pihak terkait yang lainnya”.