Markplus, salah satu Konsultan Bidang Marketing mengadakan survey terkait Industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) selama pandemi Covid-19. Survei ini melihat meneliti tiga hal yakni Perlaki Konsumen (Consumen Behavior), Tempat Pembelian (Purchasing Channel), dan juga Tingkat Konsumsi Pelanggan (Customer Consumption).
Survei ini dilakukan kepada 105 responden yang tersebar di Jabodetabek sebanyak 54,3% dan non Jabodetabek 45,7% dengan usia mayoritas responden 35-44 tahun sebesar 40%, kurang dari 25 tahun 21%, 25-34 tahun sebanyak 29,5% dan lebih dari 44 tahun sebesar 9,5%.
Hasilnya, Rika Nathania Wijaya selaku Business Analyst MarkPlus menyampaikan tiga bagian besar yakni consumer behavior, purchasing channel, dan customer consumption.
Pertama, consumer behavior. Rika menyampaikan, walaupun secara umum purchasing power masyarakat menurun selama Covid-19, namun sebanyak 58,1 persen responden mengakui bahwa pengeluaran bulanan untuk kebutuhan sehari-hari selama Covid-19 meningkat.
Selain itu, selama masa pandemi responden di area Non Jabodetabek memiliki frekuensi belanja yang lebih tinggi sekitar 4 kali per bulan atau sebesar 27 persen, dibandingkan responden di area Jabodetabek hanya 17,5 persen. Hal ini dikarenakan aturan PSBB di non Jabodetabek lebih longgar, sehingga respinden masih sering berbelanja di offline channel.
Kedua, purchasing channel Masyarakat melakukan aktivitas berbelanja di minimarket sebesar 66,7 persen, dan di e-commerce sebanyak 53,3 persen. E-commerce memang banyak digunakan oleh masyarakat saat pandemi, namun masyarakat mengatakan akan kembali berbelanja di channel offline setelah pandemi usai. Dimana pembelanjaan di supermarket akan meningkat menjadi 70,5 persen dibandingkan selama masa pandemi yaitu sebesar 55,2 persen.
Sementara perbelanjaan di E-commerce setelah pandemi usai akan menurun ke 41,9 persen. Hal ini dikarenakan experience dalam berbelanja masih penting bagi masyarakat dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran terhadap virus COVID-19.
Ketiga, Customer consumption. Semenjak merebaknya COVID-19 generasi yang lebih muda (<25 tahun) menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dibanding generasi yang lebih tua. lantaran sebagai upaya mempertahankan pola hidup sehat segmen berusia <25 tahun mengurangi konsumsi gula (38,9 persen), dibanding segmen berusia 25-34 tahun (17,4 persen).
Sebab, selama masa pandemi, segmen berusia 25 tahun lebih banyak membeli produk kesehatan (45,5 persen) dibanding generasi yang lebih tua (kisaran 20-29 persen), karena mereka lebih khawatir terhadap COVID 19 yang disebabkan oleh seringnya mengetahui update berita/iklan melalui TV & media sosial.